Semua Atas Izin Allah

#29 : Yang sering kali luput dari kita.

Nur Zhafirah
3 min readMay 25, 2024
Photo by Felipe Furtado on Unsplash

Berapa kali dalam sehari kita memotivasi diri sendiri untuk selalu menyandarkan ikhtiar kita sepenuhnya kepada Allah ta’ala?

Tiga hari lalu saya mendapatkan sebuah nasihat dari salah seorang mentor saya. Beliau adalah seorang muslim konten kreator sekaligus penulis buku.

Dalam nasihat singkatnya di grup WhatsApp — Alumni AJP, Beliau menuliskan, “Pencapaian apapun yang udah berhasil diraih, semua itu murni kemudahan dari Allah…”

“…usaha kita buat belajar ilmu manajemen waktu, mengatasi distraksi, serta menjalan cara-cara supaya goal terealisasi, itu belum lengkap kalau kita belum menyandarkan (proses dan hasil) sepenuhnya kepada Allah Subhaanahu wa ta’ala. Kita berproses karena Allah mudahin kita. Kita bisa berhasil juga karena Allah yang izinkan.”

Hal ini mengingatkan saya di masa-masa sulit yang pernah saya hadapi. Saya ingat betul saat menyelesaikan tugas akhir saya kala itu. Pikiran saya kosong. Saya benar-benar seperti manusia yang kehilangan arah. Sampai saya tidak sadar kalau saya lupa meminta pertolongan kepada Allah. Lupa meminta kemudahan kepada Allah. Momentum yang begitu emosional. Padahal di awal mendapatkan dosen pembimbing, saya dan empat teman saya yang lain benar-benar di permudah jalannya atas izin Allah. Kami diarahkan dengan begitu teratur dan bijak oleh dosen pembimbing kami terkait penelitian kami. Namun, keadaan menjadi berbeda ketika salah satu teman menyarankan agar sesegera mungkin untuk sidang proposal. Saya yang pada saat itu belum siap langsung kehilangan fokus. Lalu berakhir mengandalkan diri sendiri tanpa terlalu banyak bergantung kepada Allah agar mendapat kemudahan.

Pernahkah kita di saat dalam kondisi lapang terbesit perasaan bahwa skills yang kita punya berasal dari usaha keras kita, “Inilah hasil jerih payahku.”? Kita begitu berterima kasih dengan diri kita, bahkan sampai memberikan reward untuk diri sendiri karena sudah berhasil meraih apa yang kita mau.

Sedangkan, di saat kondisi kita mengalami banyak kegagalan, kita lebih banyak kecewanya dan jadi sibuk menyalahkan diri sendiri. Kita lupa bahwa diri kita sejatinya lemah dan kita butuh meminta pertolongan Allah ta’ala agar diberi kemudahan di setiap usaha kita.

Mengutip lagi nasihat dari mentor saya,

Dalam Hasyiyah kitab At-Tauhid karya Ibnu Qasim Al-Hambali, dijelasin. Di antara kesyirikan ashgar yang sering terjadi adalah ‘nggak menyandarkan nikmat kepada Allah Subhaanahu wa ta’ala’.

Contohnya gimana?
Contoh yang paling jelas adalah Qorun. Ketika Allah kasih banyak kenikmatan harta, Qorun justru berkata begini,

“Qorun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”.
Qs. Al-Qashas : 78

Bahasa sederhananya, ‘Aku bisa mencapai ini ya karena usahaku’. Kontenku viral ya karena aku coba implementasiin copywriting yang bagus, sama editingnya yang ciamik. Tulisanku banyak yang baca ya karena aku udah bertahun-tahun nulis. Aku bisa naik jabatan ya karena aku berusaha dateng lebih pagi setiap hari di kantor. Aku dapet A B C D ya karena usahaku selama ini.

Kita nggak boleh menisbatkan nikmat kepada selain Allah. Semua nikmat itu dari Allah, titik. Kita bisa usaha juga karena Allah kasih kita sehat. Kita bisa beli buku, ikut webinar, karena Allah mencukupi kita.

Dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata: “Ini adalah hakku” Qs. Fushilat : 50

Dulunya sakit sekarang sehat bilangnya, ini karena aku jaga makan, minum jus A B C. Dulunya nggak bisa beli motor sekarang bisa, bilangnya ‘ini karena aku rajin nabung selama 1 tahun’. Dulunya nggak pinter public speaking, bilangnya ‘karena aku ikut pelatihan A B C D’. Dan seterusnya, sampe lupa menyebutkan bahwa semua itu atas kemudahan dari Allah.

Terakhir, beliau menutup nasihatnya dengan saling mendoakan,

Semoga Allah kasih kita hidayah buat terus jadi hambanya yang bersyukur. Yang mengakui secara lisan kalau semua nikmat dari Allah. Yang meyakini secara hati kalau nikmat itu pemberian Allah. Dan yang gunain semua nikmat ini buat ketaatan kepada-Nya.

Aamiinn

--

--

Nur Zhafirah

Lulusan Manajemen Rumah Sakit | Konten kreator muslimah | Mengobati overthinking dengan menulis.