Malam Terakhir

#23: Bacaan sebelum tidur

Nur Zhafirah
2 min readMar 8, 2024
Photo by Isravel Raj on Unsplash

Sebelum istirahat, sembari ditemani secangkir chamomile, aku terpikirkan untuk membuat tulisan ini sebagai pengingat dan penyemangat diri bahwa akan ada hari di mana jatah rezekiku telah habis.

Tidak akan ada lagi kesempatan untuk beramal shalih.

Tidak akan ada lagi kesempatan untuk bertaubat.

Begitu pun perasaan menyesal.

Lalu, bagaimana jika malam ini adalah malam terakhirku atau malam terakhirmu?

Hati ini selalu bergetar setiap kali mendengar pengumuman di masjid melalui pengeras suara. Menyampaikan sebuah berita yang menghentakkan dada.

Innalillahi wa inna ilaihi roji’un, telah meninggal dunia…

fulan bin fulan…

fulanah binti fulan.

Ketika berita ini terdengar, aku selalu mengulang pertanyaan yang sama kepada diriku sendiri, bagaimana jika itu adalah aku?

Seketika membuatku tersadar, terkadang di kondisi stabil, mengingat kematian menjadi hal yang mudah terlupakan. Namun, ketika Allah menakdirkan musibah, semudah itu mengingat betapa dekatnya hidup ini dengan kematian.

Terkadang, ketika kita sedang membicarakan perihal ajal. Sebagian orang memilih menghindar dari pembicaraan itu.

Merasa topik itu adalah topik yang sensitif.

Padahal, mengingat kematian itu penting untuk diri kita.

Justru dengan mengingat kematian bisa menambah keimanan kita, membangkitkan semangat hidup yang mulai meredup.

Kita akan lebih sering muhasabah diri. Mengingat segala dosa yang kita perbuat. Mengingat betapa sedikit bekal amal shalih kita. Lantas membuat kita bergegas bertaubat, memperbaiki kualitas diri agar terus dekat kepada Allah hingga selesai jatah rezeki kita hidup di dunia.

Benar, istiqomah itu tidak mudah. Terkadang, di saat lengah ada perasaan futur atau malas untuk beribadah. Namun, kembali lagi, kita perlu perbanyak berkaca pada diri, bisa jadi perasaan futur melanda sebab dari dosa-dosa yang kita perbuat.

Rabu malam tanggal 6 kemarin, aku mengunggah sebuah nasehat yang bertuliskan,

“Rutinkanlah bertaubat sebelum tidur.

Barangkali, ini adalah malam terakhirmu di dunia.”

Kemudian, di pagi harinya sekitar jam 9 pagi aku dan kakak perempuanku yang saat itu sedang ada keperluan di luar rumah mendapat kabar dari Ibuku, tetangga kami Allah panggil lebih dulu.

Hening.

Seketika aku pun dibuat merinding dengan nasehat semalam yang aku unggah di salah satu platform.

Beliau meninggal di usia 50 tahun. Allah benar-benar cukupkan jatah rezekinya di dunia hanya sampai di usia itu.

Mari saling mendoakan. Allahummaghfirlahu warhamhu wa’aafihi wa’fu’anhu.

Ini adalah sebuah tamparan bagi diriku. Mengingat tak lama lagi bulan yang penuh keberkahan, dilipatgandakannya amal, yakni bulan Ramadhan. Semoga Allah sampaikan umur kita di bulan Ramadhan.

Ibnul Jauzi Rahimahullah menyatakan :

“Demi Allah kalau seandainya dikatakan kepada penghuni kuburan, berangan-anganlah kalian, niscaya mereka akan mengangan-angankan satu hari pada bulan Ramadhan.”

(At-Tabshirah 2/70)

--

--

Nur Zhafirah

Lulusan Manajemen Rumah Sakit | Konten kreator muslimah | Mengobati overthinking dengan menulis.