Berkarya dari Rumah

#27: Setiap orang memiliki jalannya tersendiri menuju kesuksesan.

Nur Zhafirah
2 min readMay 3, 2024
Photo by Clark Tibbs on Unsplash

Setiap kali ada yang bertanya, “Apa kesibukanmu saat ini?” “Bekerja kah? Di mana?”

Di dalam pikiran seketika ramai seperti pasar. Mau menjawab, tapi hati dipenuhi keraguan. Selalu khawatir dengan respon orang lain dan tidak percaya diri apa yang saya kerjakan memiliki prospek yang menjanjikan di masa depan.

Saking sering mendapatkan pertanyaan seperti itu, tidak mungkin, saya terus menerus menjadi manusia yang selalu khawatir penilaian manusia. Kita harus yakin apa yang kita lakukan membawa manfaat tidak hanya untuk diri sendiri tapi juga orang lain. Kita harus yakin ikhtiar kita, bergantungnya kita kepada Sang Pencipta. Suatu saat pasti terwujud. Kalau pun tidak, Allah subhanahu wa ta’ala pasti memberi ganti dengan sesuatu yang lebih baik. Another level of faith.

Menjawab respon orang dengan berkata, ‘berkarya dari rumah’ membuka sudut pandang baru bagi orang lain yang masih memiliki mindset, habis kuliah itu ya harus kerja. Sebagian dari mereka sering kali menyempitkan definisi kerja kalau tidak yang sesuai jurusan, ya kerja kantoran. Pada intinya, pekerjaan yang mengharuskan kita keluar rumah.

Mungkin, karena faktor lingkungan yang mayoritas bekerja di luar rumah. Akhirnya, membentuk sebuah standar society, definisi ‘kerja’ berarti harusnya di luar rumah. Sedangkan, kalau hanya sebatas di rumah ya sebagian orang menganggapnya pengangguran.

Padahal, banyak hal yang bisa kita kembangkan meskipun hanya dari rumah.

Berawal dari belajar masak, diseriusin, akhirnya jadi punya usaha catering.

Berawal dari belajar desain, diseriusin, akhirnya jadi mentor, punya agency dan seterusnya.

Berawal dari belajar nulis, diseriusin, akhirnya jadi penulis dan menerbitkan banyak buku.

Berawal dari belajar bisnis, diseriusin, akhirnya jadi juragan kos-kosan dan seterusnya.

Waktu yang fleksibel justru membuat kita memiliki banyak kesempatan untuk mengembangkan diri. Belajar apa yang menjadi minat kita atau yang belum kita sukai, tapi kita tertantang untuk melakukannya. Sedangkan, sebagian dari mereka yang bekerja belum tentu memiliki kesempatan yang sama.

Jika kita adalah salah satu diantara yang berbeda, bersyukurlah.

Fokus dengan tujuan yang kita miliki.

Karena kesuksesan bukan diukur menurut standar manusia.

Kesuksesan yang sebenarnya ialah ketika benar-benar berhasil menginjakkan kaki di Surga Allah ta’ala.

Semoga bermanfaat, Baarakallaahu fiikum!

--

--

Nur Zhafirah

Lulusan Manajemen Rumah Sakit | Konten kreator muslimah | Mengobati overthinking dengan menulis.